Proses Fertilisasi
Ovum
mengeluarkan gynogamon, yang terdiri dari fertilizin dan zat penelur.
Fertilizin berguna untuk mengaktifkan spermatozoa bergerak, menarik spermatozoa
secara kemotaxis positif dan mengaglutinasi spermatozoa sekitar ovum. Zat penelur
bekerja untuk merangsang jantan agar mengeluarkan spermatozoanya. Sedangkan
spermatozoa mengeluarkan androgamon yang terdiri dari hyaluronidase,
antifertilizen, akrosin dan zat penelur. Hyaluronidase merupakan enzim yang
dihasilkan dalam testis. Untuk melarutkan asam hyaluronat yang menyemen sel-sel
granulosa sekeliling ovum (corona radiata). Antifertilizen, sebagai lawan dari
fertilizen yang dihasilkan ovum. Jika fertilizen bertindak sebagai antigen,
maka antifertilizen sebagai antibodinya. Oleh interaksi kedua zat itu terjadi
agglutinasi spermatozoa sekitar ovum, sehingga ada sebagian yang menumbuk ovum
sendiri, lalu menerobos masuk. Akrosin, semacam protease, memecah protein. Zat
ini keluar dari akrosom spermatozoa, ketika terjadi apa yang disebut “reaksi
akrosom”. Zat ini menghancurkan zona pellucida. Tidak seluruh zona dihancurkan,
hanya di suatu tempat kecil, cukup untuk menerobosnya masuk spermatozoa. Zat
penelur, bekerja untuk merangsang betina agar mengeluarkan telur. (Yatim,
Wildan. 1994: 123-125)
Bereaksinya
gamon kedua macam gamet menyebabkan terjadi agglutinasi di dekat ovum, lalu
memudahkan beberapa ekor bertumbukan dengan ovum. Kemudian seekor akan dapat
menerobos masuk. Hanya kepala sampai middle piece ekor yang masuk, sedangkan
principal piece dan end piece tinggal di zona pellucida dan hancur. Tempat
masuknya satu spermatozoa ke dalam ovum bisa pada beberapa daerah zona. Ketika
akrosom menumbuk zona, terjadi reaksi akrosom, di mana akrosin dilepaskan, lalu
membran depan akrosom itu hancur, dan
membran akrosom di belakangnya akan bersatu dengan oolemma sehingga inti
spermatozoa, terbuka jalan untuk masuk. Masuknya inti spermatozoa ke dalam
ooplasma ada yang mengamati, ialah dengan ditelan oleh ovum, ada pula karena
dorongan dari spermatozoa sendiri. Sampai dalam ooplasma kromatin berubah jadi
benang-benang kromosom. Kemudian terbentuk gelembung-gelembung kecil
menyelaputinya, membentuk selaput pronukleus jantan. Pengamatan in vitro sel-sel corona radiata tetap
hadir dalam jumlah besar sekeliling ovum, meski adhesi antara sesamanya sudah
hilang, dan filopodia pun sudah lepas dan hilang dari dalam zona pellucida.
Kemudian sel-sel corona ini membuat pseupdopia, lalu memphagocytosis
spermatozoa sekeliling ovum. Jadi sel corona ini berfungsi untuk membersihkan
sekeliling ovum dari spermatozoa yang tak membuahi. Inti ovum berubah jadi
pronukleus betina, selaput intinya hilang, lalu mengalami meiosis II. Polosit
yang berada di bawah zona pellucida jugamengalami meiosis, akhirnya terbentuk 3
polosit. Pronukleus betina kini sudah haploid seperti pronukleus jantan. Pada
masing-masing pronukleus timbul berpuluh-puluh nukleoli, yang kemudian
bergabung jadi 1-2 nukleoli besar. Sentriol pronukleus betina hilang, dan untuk
pembelahan berikut hanya sentriol jantan yang berada di middle piece yang jadi
titik kutub gelendong. Pronuklei saling mendekat di poros telur, sedikit lebih
dekat ke kutub animal (KA), lalu terjadilah proses karyogamy. Yakni bergabungnya pronuklei. Mula-mula nukleoli
masing-masing hilang, selaput inti hilang, dan besar pronuklei sendiri menciut.
Masing-masing kromosom jadi mengganda jadi dua kromatid, yang sentromernya
masih satu. Mitosis pun berlangsunglah. Bahan spermatozoa lain selain inti,
yakni mitokondria dan sisa membran selnya, hancur dan menyebar dalam ooplasma,
lalu hilang sebelum mulai pembelahan zigot jadi dua sel. (Yatim, Wildan. 1994:
126-128)