Minggu, 22 Maret 2015

Proses Fertilisasi



Proses Fertilisasi

 



Ovum mengeluarkan gynogamon, yang terdiri dari fertilizin dan zat penelur. Fertilizin berguna untuk mengaktifkan spermatozoa bergerak, menarik spermatozoa secara kemotaxis positif dan mengaglutinasi spermatozoa sekitar ovum. Zat penelur bekerja untuk merangsang jantan agar mengeluarkan spermatozoanya. Sedangkan spermatozoa mengeluarkan androgamon yang terdiri dari hyaluronidase, antifertilizen, akrosin dan zat penelur. Hyaluronidase merupakan enzim yang dihasilkan dalam testis. Untuk melarutkan asam hyaluronat yang menyemen sel-sel granulosa sekeliling ovum (corona radiata). Antifertilizen, sebagai lawan dari fertilizen yang dihasilkan ovum. Jika fertilizen bertindak sebagai antigen, maka antifertilizen sebagai antibodinya. Oleh interaksi kedua zat itu terjadi agglutinasi spermatozoa sekitar ovum, sehingga ada sebagian yang menumbuk ovum sendiri, lalu menerobos masuk. Akrosin, semacam protease, memecah protein. Zat ini keluar dari akrosom spermatozoa, ketika terjadi apa yang disebut “reaksi akrosom”. Zat ini menghancurkan zona pellucida. Tidak seluruh zona dihancurkan, hanya di suatu tempat kecil, cukup untuk menerobosnya masuk spermatozoa. Zat penelur, bekerja untuk merangsang betina agar mengeluarkan telur. (Yatim, Wildan. 1994: 123-125)
Bereaksinya gamon kedua macam gamet menyebabkan terjadi agglutinasi di dekat ovum, lalu memudahkan beberapa ekor bertumbukan dengan ovum. Kemudian seekor akan dapat menerobos masuk. Hanya kepala sampai middle piece ekor yang masuk, sedangkan principal piece dan end piece tinggal di zona pellucida dan hancur. Tempat masuknya satu spermatozoa ke dalam ovum bisa pada beberapa daerah zona. Ketika akrosom menumbuk zona, terjadi reaksi akrosom, di mana akrosin dilepaskan, lalu membran depan akrosom itu hancur,  dan membran akrosom di belakangnya akan bersatu dengan oolemma sehingga inti spermatozoa, terbuka jalan untuk masuk. Masuknya inti spermatozoa ke dalam ooplasma ada yang mengamati, ialah dengan ditelan oleh ovum, ada pula karena dorongan dari spermatozoa sendiri. Sampai dalam ooplasma kromatin berubah jadi benang-benang kromosom. Kemudian terbentuk gelembung-gelembung kecil menyelaputinya, membentuk selaput pronukleus jantan. Pengamatan in vitro sel-sel corona radiata tetap hadir dalam jumlah besar sekeliling ovum, meski adhesi antara sesamanya sudah hilang, dan filopodia pun sudah lepas dan hilang dari dalam zona pellucida. Kemudian sel-sel corona ini membuat pseupdopia, lalu memphagocytosis spermatozoa sekeliling ovum. Jadi sel corona ini berfungsi untuk membersihkan sekeliling ovum dari spermatozoa yang tak membuahi. Inti ovum berubah jadi pronukleus betina, selaput intinya hilang, lalu mengalami meiosis II. Polosit yang berada di bawah zona pellucida jugamengalami meiosis, akhirnya terbentuk 3 polosit. Pronukleus betina kini sudah haploid seperti pronukleus jantan. Pada masing-masing pronukleus timbul berpuluh-puluh nukleoli, yang kemudian bergabung jadi 1-2 nukleoli besar. Sentriol pronukleus betina hilang, dan untuk pembelahan berikut hanya sentriol jantan yang berada di middle piece yang jadi titik kutub gelendong. Pronuklei saling mendekat di poros telur, sedikit lebih dekat ke kutub animal (KA), lalu terjadilah proses karyogamy. Yakni bergabungnya pronuklei. Mula-mula nukleoli masing-masing hilang, selaput inti hilang, dan besar pronuklei sendiri menciut. Masing-masing kromosom jadi mengganda jadi dua kromatid, yang sentromernya masih satu. Mitosis pun berlangsunglah. Bahan spermatozoa lain selain inti, yakni mitokondria dan sisa membran selnya, hancur dan menyebar dalam ooplasma, lalu hilang sebelum mulai pembelahan zigot jadi dua sel. (Yatim, Wildan. 1994: 126-128)